Serang, WartaHukum.com - Bakal Calon Bupati Serang dari Partai Golkar, Andika Hazrumy, mendorong optimalisasi atau penguatan budidaya palawija atau tanaman penyeling padi hingga hasil kebun di wilayah pertanian yang bukan merupakan sentra tanaman padi di Kabupaten Serang. Menurutnya, dengan palawija dan hasil kebun, petani di Kabupaten Serang dapat tetap mendapatkan hasil yang maksimal jika dikelola dengan tepat dan baik.
“Dan, tentu saja dengan dukungan pemerintah, dalam hal ini pemerintah daerah dan khususnya Pemkab Serang ke depan Insya Allah kita akan support sector ini (palawija dan hasil kebun),” kata Andika kepada pers usai melakukan kunjungan sosialisasi calon legislative dan bakal calon kepala daerah dari DPD Partai Golkar Kabupaten Serang di sejumlah desa di Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, Minggu, 10 September 2023.
Diterangkan Andika, gagasannya yang ingin mendorong optimalisasi budidaya palawija dan hasil kebun di Kabupaten Serang di antaranya dipicu oleh fakta di lapangan selama dirinya mengunjungi warga dalam rangka sosialisasi pencalonannya itu, yang menunjukkan bahwa Kabupaten Serang memiliki potensi palawija yang tidak bisa dianggap remeh.
“Kadang-kadang kita kalau bicara pertanian tertumpunya ke padi yang memang Kabupaten Serang sendiri memiliki sejumlah sentra penghasil padi seperti di sejumlah kecamatan di bagian timur. Tapi potensi palawija dan perkebunan juga ternyata tidak kurang-kurang,” paparnya.
Di Kecamatan Baros sendiri dan sejumlah kecamatan lain di sekitarnya seperti Pabuaran, Ciomas, Padarincang, Gunungsari dan Mancak di antaranya memiliki potensi palawija mulai dari tanaman sayuran seperti cabai dan sawi putih hingga ubi jalar. Sementara untuk hasil kebun meliputi kelapa, durian hingga petai.
Sejauh ini, kata Andika, petani di wilayah tersebut mengaku relative berhasil membudidayakan tanaman palawija dan hasil kebun. “Tadi dari dialog dengan warga, mulai dari benih, pupuk, obat-obatan hingga pemasaran relative tidak ada masalah,” imbuhnya.
Langkah-langkah optimalisasinya sendiri, kata Andika, yang di antaranya bisa dilakukan adalah mulai dari mengupayakan benih unggul, sampai mengatasi masalah pengairan yang diperlukan selama masa tanam palawija, sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Di sisi hilirnya, lanjut dia, juga perlu dirancang sebuah strategi pemasaran yang bisa lebih meningkatkan nilai jual komoditas palawija dan hasil kebun.
“Sekarang kan sedang digaungkan hilirisasi yang ternyata juga perlu dilakukan di sector pertanian. Jadi kita jangan terlena hanya dengan menjual bahan baku, tapi bagaimana bisa mengolah bahan baku menjadi nilai jual yang lebih tinggi,” paparnya seraya mencontohkan hilirisasi di sector pertanian di antaranya adalah produk minuman buah kelapa yang dapat diekspor untuk disajikan di restoran dan hotel mewah.
Sebelumnya, warga setempat kepada Andika dalam pertemuan tersebut mengaku bersyukur karena budidaya palawija dan hasil kebun yang diusahakan mereka sebagai petani selama ini relative tidak ada kendala yang berarti.
“Alhamdulillah benih, pupuk, obat-obatan bisa didapat dengan mudah di koperasi. Dan tiba waktunya panen, pedagang dari pasar induk yang datang kesini mengambilnya dengan harga yang baik,” kata Marsani (60), salah seorang petani dari warga setempat.
Diterangkan dia warga di desanya dan Kecamatan Baros umumnya dalam bertani palawija pada umumnya membudidayakan atau menanam cabai, sawi putih, dan ubi jalar.
Usaha budidaya palawija tersebut menurutnya sudah menjadi kebiasaan turun-temurun sejak dahulu. Yang membedakan, lanjutnya, saat ini membudidayakan palawija tersebut menjadi lebih mudah di antaranya dengan keberadaan akses jalan yang memadai. "Jadi sekarang hasil tani kita itu diambil pedagang atau kita kirim sendiri ke pasar induk dengan biaya yang relatif tidak mahal sebagaimana jaman dulu waktu jalannya masih sulit," paparnya.
Diakui dia, sejak beberapa waktu terakhir ini relatif tidak ditemui adanya kesulitan dalam pemasaran hasil tani mereka tersebut. "Untuk harga seingat saya belum pernah kami mengalami anjlok misalnya, terus hasil tani kita jadi tak terjual," katanya.
Marsani mengaku sebagaimana warga di desanya, dia menjual hasil palawijanya langsung ke pedagang di pasar induk baik di Serang maupun di Tangerang. "Jadi kalau panen kita tinggal telepon. Nanti mereka (pedagang di pasar induk) datang ambil barangnya kesini," imbuhnya.
(Red)
Tidak ada komentar:
Tulis komentar