Jakarta, WartaHukum.com - Emas (GLD): Harga emas saat ini berada dalam fase stabil dengan tren sideways mendekati level tertinggi baru-baru ini. Spot gold tercatat di $2,511.52 per ounce, sedangkan futures emas AS turun tipis 0.1% menjadi $2,539.20. Data terbaru menunjukkan bahwa inflasi konsumen AS naik 0.2% bulan lalu, sesuai dengan kenaikan bulan Juli, yang memperkuat ekspektasi pasar terhadap pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve. Dalam beberapa hari mendatang, perhatian pasar akan tertuju pada data ekonomi AS seperti Indeks Harga Produsen dan klaim pengangguran awal, yang bisa mempengaruhi kebijakan suku bunga The Federal Reserve. Dengan potensi pemotongan suku bunga, biaya peluang memegang emas tanpa hasil akan menurun, sehingga bisa menjadi momentum bullish bagi emas. Selain itu, SPDR Gold Trust, ETF emas terbesar di dunia, melaporkan kenaikan 0,20% dalam kepemilikannya menjadi 866,18 ton pada Rabu, menunjukkan peningkatan minat investor pada aset ini. Analisis teknikal menunjukkan bahwa emas dapat menguji kembali level tertinggi di $2,529 per ounce, terutama jika ada faktor pendukung seperti ketidakpastian geopolitik, termasuk insiden terbaru di Gaza yang meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe-haven.
Analisis dan Prospek SPDR Gold Trust (GLD): GLD saat ini berada dalam tren naik yang ditandai dengan pola higher highs dan higher lows, namun sedang mengalami konsolidasi di dekat level resistensi kunci di $234.01. Support berada di sekitar $228.74, yang merupakan area kuat bagi pembeli dan dapat menjadi dasar untuk potensi rebound. Harga bergerak dalam channel ascending dan mendekati batas atas channel tersebut, menunjukkan sentimen bullish yang berkelanjutan. RSI berada di kisaran 50-60, mendekati kondisi overbought, namun masih memiliki ruang untuk kenaikan lebih lanjut. Jika GLD berhasil menembus resistensi di $234.01, ini bisa menjadi sinyal kelanjutan tren naik; sebaliknya, jika gagal, bisa terjadi koreksi atau konsolidasi lebih lanjut. Secara keseluruhan, prospek GLD tetap positif dengan potensi kenaikan lebih lanjut jika level resistensi berhasil ditembus.
Perak (SLV): Harga perak saat ini diperdagangkan stabil di sekitar $26.12 per ounce, menunjukkan tren menurun dalam pola channel descending. Harga bergerak antara resistensi di sekitar $27.45 dan support di $24.25, mencerminkan adanya tekanan jual yang signifikan di level resistensi dan potensi pembelian di level support. Ketergantungan perak pada performa emas tetap menjadi faktor penting, di mana pergerakan perak seringkali mengikuti tren emas. Jika emas mengalami penguatan signifikan, perak juga berpotensi mengikuti dengan kenaikan harga.
Tren Pasar dan Faktor-Faktor Momentum:
- Tren Pasar: Perak saat ini bergerak dalam pola channel menurun, menunjukkan tren bearish yang dominan. Harga bergerak mendekati moving average, menunjukkan potensi pergerakan sideways atau konsolidasi lebih lanjut. Meskipun ada tren menurun, perak menunjukkan ketahanan terhadap tantangan permintaan global, terutama dari Tiongkok.
- Kebijakan Moneter AS: Ekspektasi pemotongan suku bunga oleh The Federal Reserve diantisipasi dapat memberikan dukungan pada harga perak dengan mengurangi biaya peluang memegang logam mulia seperti perak. Data ekonomi AS seperti Indeks Harga Produsen (PPI) dan klaim pengangguran awal akan menjadi fokus utama pasar, yang berpotensi mempengaruhi keputusan suku bunga The Fed dan berdampak pada sentimen pasar perak.
- Sentimen Geopolitik: Detail insiden di Gaza yang mengakibatkan permintaan perak sebagai safe-haven naik menunjukkan adanya dampak yang signifikan terhadap sentimen pasar perak saat ini. Meskipun pengaruh ini lebih dominan pada emas, perak juga mendapat manfaat sebagai alternatif safe-haven dalam situasi ketidakpastian global.
Minyak (USO): Minyak melalui ETF United States Oil Fund (USO) saat ini mengalami tekanan bearish yang kuat, dengan harga turun tajam ke level terendah baru sejak Mei 2023, diperdagangkan di sekitar $66.65. Tren penurunan ini diperkuat oleh pola puncak dan dasar yang semakin rendah serta penembusan di bawah level support utama. Beberapa faktor kunci berkontribusi terhadap penurunan harga minyak ini, termasuk ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan global.
Faktor-Faktor Penurunan Harga:
- Permintaan Lemah dari Tiongkok: Sebagai salah satu konsumen minyak terbesar, Tiongkok mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan, termasuk penurunan aktivitas manufaktur, yang mengurangi permintaan minyak dan menekan harga global.
- Gangguan Pasokan vs. Permintaan: Meskipun ada gangguan pasokan sementara dari Badai Tropis Francine dan ketegangan geopolitik, dampaknya belum cukup kuat untuk menyeimbangkan lemahnya permintaan global, memperburuk tekanan pada harga minyak.
- Ketidakpastian Geopolitik: Ketegangan di Timur Tengah dan sanksi terhadap negara-negara penghasil minyak meningkatkan volatilitas, tetapi lebih sering menciptakan ketidakpastian daripada mendukung harga.
- Prospek Ekonomi Global yang Lemah: Kondisi ekonomi global yang suram membatasi pertumbuhan permintaan dari negara-negara konsumen utama, mendorong investor untuk lebih berhati-hati.
- Penguatan Dolar AS: Penguatan dolar AS membuat minyak lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain, yang menekan permintaan dan harga lebih lanjut.
- OPEC+ Production Delays: Tertundanya peningkatan produksi oleh OPEC+ dan dinamika pasokan Libya yang berfluktuasi memperburuk ketidakpastian di pasar minyak, yang menambah tekanan pada harga.
Analisis Teknis dan Prospek:
- Zona Resistensi dan Support: Zona resistensi saat ini berada di antara $70.45 - $71.75, sementara support terletak antara $63.90 - $65.60. Jika harga menembus support ini, tren penurunan dapat berlanjut. Sebaliknya, jika support bertahan, mungkin ada potensi pantulan atau konsolidasi jangka pendek. Indikator RSI mendekati wilayah oversold, menunjukkan tekanan jual yang kuat namun belum mencapai kondisi oversold ekstrem.
Secara keseluruhan, pasar komoditas menunjukkan tren yang bervariasi. Emas (GLD) berpotensi bullish dengan konsolidasi di dekat resistensi utama dan dipengaruhi oleh kebijakan The Fed serta ketidakpastian geopolitik. Perak (SLV) berada dalam tren menurun dengan support di $24.25, namun bisa rebound mengikuti pergerakan emas. Minyak (USO) menghadapi tekanan bearish kuat, dipengaruhi oleh lemahnya permintaan global, terutama dari Tiongkok, serta ketidakpastian geopolitik. Pemantauan terhadap kebijakan moneter, data ekonomi, dan kondisi geopolitik menjadi kunci untuk memahami pergerakan pasar.
Quotient Fund Indonesia adalah perusahaan konsulting keuangan global, berkantor pusat di Quotient Center Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dan dapat dihubungi di hotline 0811-1094-489.
Penulis: Devin Emilian
Tidak ada komentar:
Tulis komentar